Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Mula-mula, harga-harga masa lalu dianalisis untuk menentukan trend atau pola pergerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi trend atau pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi, dengan mengidentifikasi pola yang muncul, diharapkan dapat diramalkan dengan tepat pergerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut. Hal ini berbeda sekali dengan analisis fundamental yang menganalisis pergerakan harga sekuritas tanpa mengacu kepada faktor-faktor masa lalu dari harga pasar.
Menurut Halim (2005:29), beberapa asumsi yang mendasari analisis ini diantaranya adalah:
- Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
- Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.
- Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
- Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.
- Pergeseran permintaan dan penawaran dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar..
- Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
Analis teknikal percaya bahwa investor dapat memperoleh keuntungan di atas rata-rata apabila mampu mendapatkan informasi lebih cepat dibandingkan investor lain, dan kemudian menerjemahkan informasi tersebut ke dalam keputusan jual dan beli saham. Data-data yang dipakai oleh para analis teknikal adalah data-data pasar yang bersifat sebagai data historis, seperti data harga saham, volume perdagangan, dan informasi perdagangan lainnya.
Banyak cara yang digunakan oleh para analis teknikal dalam melakukan analisisnya. Tandelilin (2001:251-258) menyebutkan beberapa teknikal yang umum digunakan diantaranya adalah Teori Dow, grafik batang, relative strength analysis, moving average, dan yang belakangan populer adalah teknikal GARCH (1,1) (Generalizad Autoregressive Conditional Heteroscedastic). Metode GARCH (1,1) telah secara luas dipakai sebagai pendekatan pada variabel ekonomi, khususnya untuk mengukur volatilitas dari sebuah aset keuangan, termasuk saham (Surya dan Hariadi, 2003:1-2, Engle, 2001:157).
Selain berguna untuk memprediksi harga saham di masa mendatang, penggunaan GARCH (1,1) untuk mengukur volatilitas, menurut Kurniawan (2008:44), juga dapat digunakan untuk menunjukkan apakah pergerakan harga saham dipengaruhi oleh perilaku irasional pasar atau tidak. Jika pergerakan harga dipengaruhi oleh perilaku irasional, maka perubahan harga saham masih diatur oleh para speculators bersama frenzy investors (investor emosional), bukan karena alasan fundamental saham.
Penelitian ini juga menggunakan metode GARCH (1,1) untuk mengukur volatilitas saham. Karena itu, selain menggunakan pendekatan fundamental dalam menilai kinerja saham, penelitian ini juga melibatkan pendekatan teknikal, berupa pengukuran volatilitas dengan GARCH (1,1).
1 komentar:
Thanks artikelnya...
Posting Komentar